Sang Roti Hidup Memberi Kehidupan
Ini cerita percakapan Nasrudin dengan temannya perihal rezeki.
Sang sahabat berkata, "Nasrudin, tahukah engkau bahwa sebaiknya kita bangkit pagi-pagi sekali!"
"Mengapa harus begitu?" Sanggah Nasrudin.
"Ya, menyerupai pepatah, orang yang bangkit siang, rezekinya dipatuk ayam!" Jawab sahabat Nasrudin.
"Aku tidak yakin, apakah bangkit lebih pagi bermanfaat buat diriku. Lagi pula, ayam kan makan cacing, bukan merebut rezeki manusia!" Kembali Nasrudin menyanggah.
Bangun siang, rezekinya dipatuk ayam, tentu saja tidak diartikan secara harfiah. Nasrudin benar, mana ada ayam merebut rezeki manusia! Nasihat sang sahabat juga mengandung hikmat yang benar bahwa, rezeki itu harus dicari dengan niat dan kesungguhan. Hal ini ditandai dengan bangkit pagi-pagi. Pernyataan tersebut hanya sanggup difahami bukan dengan harfiah, melainkan melalui hikmat.
Banyak hal dalam Alkitab Yohanes lawan bicara Yesus menanggapi pernyataan Yesus secara harfiah, tidak menangkap esensi yang sesungguhnya. Kali ini perihal roti. Ya, roti tak pelak lagi merupakan kuliner jasmani. Yesus telah menyampaikan itu kepada mereka dan kini mereka memintanya semoga Yesus terus menyediakan. Mereka mengatakan, "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." (Yohanes 6:34). Untuk mendobrak salah pengertian itu Yesus alhasil secara eksplisit menyatakan diri-Nya sebagai roti kehidupan, "Akulah roti hidup; barangsiapa tiba kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi." (Yohanes 6:35).
Dalam Alkitab Yohanes, Yesus sering mengatakan, "ego eimi" ("Akulah...") disusul dengan salah satu kiasan (Akulah roti hidup, air hidup, terang dunia, pintu, Gembala baik, pokok anggur yang benar). Pernyataan, "Akulah..." mestinya mengingatkan orang Yahudi pada akan pernyataan Allah kepada Musa perihal nama-Nya YHWH, "AKu ada" (éhyéh, ego eimi, Keluaran 3:14). Allah yang ada bersama-sama dengan umat-Nya, kini hadir di dalam diri Yesus. Karya evakuasi Allah yang hadir dalam diri Yesusdigambarkan dan dikonkritkan dalam banyak sekali kiasan, antara lain: roti kehidupan yang menyatakan bahwa melalui Yesus Allah memelihara hidup dan kehidupan orang percaya. Dia memberi dan menumbuhkan hidup tuhan dan awet dalam diri orang-orang yang menerima-Nya.
Yesus menjelaskan bagaimana orang sanggup memperoleh roti kehidupan itu. Roti yang dimaksud tidak lain ialah diri-Nya sendiri. Mereka hendaknya tiba dan percaya kepada-Nya. Cara mendapatkan Roti Kehidupan di sini bukanlah "makan" melalui mulut, dikunyah, kemudian ditelan. Melainkan "datang kepada-Ku", yang berarti percaya dan mempercayakan diri kepada Yesus. Siapa saja yang mengindahkan usul ini, akan mendapatkan kehidupan yang kekal. Ia tidak akan lapar dan haus lagi, dikarenakan telah menemukan dalam diri Yesus suatu tanggapan atas dalam kerinduan terdalam jiwa manusia.
Yesus ingin mengajak para pendengar-Nya lebih dalam lagi, tidak hanya sekedar menyaksikan mukjizat, dan mendengar sabda-Nya. Yesus bukan hanya sabda Allah yang menyampaikan pencerahan bagi jiwa manusia, melainkan sabda yang menjadi daging, yang ingin menyampaikan diri-Nya bagi mereka. Bagi orang Israel, daging dan darah seseorang ialah sama dengan langsung orang itu seutuhnya. Jadi, tolong-menolong tidaklah sulit bagi orang Israel untuk memahami kata-kata Yesus. Kalau Yesus menyatakan diri Roti Kehidupan itu artinya bahwa Ia dalam langsung seutuhnya rela diberikan kepada siapa pun yang percaya kepada-Nya.
Kalau Yesus memisahkan daging dan darah, Ia sedang menunjuk kepada kematian-Nya sebagai Anak Domba Allah yang akan dikorbankan dan "dimakan" sebagai Anak Domba Paskah. Yesus memperlihatkan diri-Nya kepada setiap kita hubungan dengan diri-Nya yang amat langsung dan dekat. Memakan Roti Kehidupan yang diberikan-Nya itu berarti menanggapi hubungan yang ditawarkan-Nya kepada kita. Relasi itu akan membawa kita masuk ke dalam kehidupan Allah dan memberi "makan" kepada hidup kita. Relasi ini akan menciptakan kita tinggal dalam Yesus dan Yesus tinggal dalam kita. Membiarkan Yesus tinggal di dalam hati kita itu berarti bahwa kita bersedia membersihkan ruang hati kita semoga Ia menempati kawasan yang semestinya.
Bayangkan menyerupai makan roti atau nasi. Roti atau nasi itu akan masuk ke dalam badan kita, kalau perut kita penuh dengan makanan, maka tidak efektif. Makanan itu akan diolah oleh metabolisme tubuh, kemudian darah dan oksigen akan membawanya ke seluruh badan sehingga sel-sel badan kita mendapat kuliner dan berfungsi dengan baik. Makanan yang sehat akan menciptakan badan kita sehat. Sebaliknya, kuliner yang tidak baik, lambat laun akan menciptakan badan kita sakit dan rusak.
Roti Hidup itu dikala dicerna dalam ruang hati kita, maka akan menggerakan penalaran dan penalaran akan memerintahkan kepada semua panca indra untuk melaksanakan kehendak-Nya. Jadi, orang yang menyambut usul Yesus, ia akan mendapatkan dan menikmati Roti Kehidupan itu dan benar kehidupan-Nya sangat dipengaruhi oleh Roti Hidup itu. Sehingga, "panca indranya" akan sangat dipengaruhi oleh "Roti Kehidupan" itu. Ia akan melihat menyerupai Yesus melihat. Mendengar menyerupai Yesus mendengar, berbicara menyerupai Yesus bicara, melangkah menyerupai Yesus melangkah, bertindak menyerupai Yesus bertindak, berpikir menyerupai Yesus berpikir. Pendek kata seluruh keprihatinan hidup mereka yang mendapatkan Roti Kehidupan akan sama menyerupai Roti Kehidupan itu sendiri, Yesus Kristus!
Roti Hidup itu akan menciptakan kita menjadi insan baru. Baru dalam arti orientasi kehidupan kita yang sama sekali baru. Paulus menggambarkan dengan sempurna kehidupan orang yang mendapatkan Yesus Kristus (baca: mendapatkan Roti Kehidupan). Ia akan berkata-kata benar, membuang segala perkataan kotor, fitnah, gosip dan sejenisnya (bnd. Efesus 4:25). Tutur katanya menjadi ramah, penuh kasih mesra (ay.32). Ia akan semakin serupa dengan Yesus, tidak menyimpan kemarahan dan dendam. Tidak sulit mengampuni orang lain (Ef.4:26). Selalu membersihkan hatinya dan tidak menyampaikan ruang sekecil apa pun kepada Iblis (Ef.4:27), alasannya ialah tidak mungkin ruang yang sama terbuka untuk Kristus dan Iblis.
Orang yang menikmati Roti Hidup akan terlihat dalam perilaku dan tingkah lakunya, ia tidak akan melaksanakan tindakan kejahatan, mencuri misalnya. Melainkan, tangannya akan cekatan bekerja dengan keras bukan untuk memperkaya dan mementingkan sendiri sendiri, melainkan supaya sanggup menyebarkan dengan orang lain yang kekurangan.
Mari kita telisik kehidupan kita. Seberapa usang kita percaya dan mengikut Yesus? Sudahkah kita benar-benar tiba kepada-Nya, mendapatkan dan memakan "Roti Kehidupan" yang diberikan Yesus kepada kita? Sejauh manakah Roti Hidup itu telah mengubah moral dan abjad kita? Atau, jangan-jangan prilaku dan abjad kita tidak ada yang berubah. Dari dulu sama: suka membenci, selalu mendepositokan kesalahan dan keburukan orang lain, pendendam, suka memfitnah, praktis tersinggung, tidak mau peduli dengan kesulitan orang lain, hidup hanya mau diperhatikan, dan seterusnya. Kalau demikian, kuliner apa yang selama ini kita nikmati? Jangan-jangan ke gereja hanya untuk pemuasan indera pendengaran dan kebijaksanaan saja, alasannya ialah hati kita enggan untuk dibersihkan. Jika ini yang terus terjadi dalam diri kita, maka tidak mungkin kita melihat dan mencicipi damainya Kerajaan Allah, kita akan terus "lapar" dan tidak pernah terpuaskan!