Berani Memberikan Bunyi Ilahi

"Semua orang setara dan kamu yaitu orang yang istimewa," yaitu ucapan seorang ibu kepada bocah lelaki kulit gelap yang bermimpi semoga siapa saja di dunia ini tidak mendapat perlakuan diskriminatif, dan demi mimpinya, bocah itu berjuang dengan segenap kekuatan yang ada pada dirinya.

Ibu itu berjulukan Alberta Williams. Ia selalu menganggap orang kulit gelap merupakan orang yang penting. Ketika ia sedang berjalan bersama sang bocah itu dan melihat goresan pena "Usir anjing dan orang kulit hitam" digantung dipinggir jalan, Ibu itu berkata, "Kau sama sekali tidak berbeda dengan orang-orang kulit putih. Kau juga mempunyai kemampuan istimewa!"

"Aku punya mimpi. Mimpiku yaitu suatu hari, pemerintah, belum dewasa kulit hitam, dan belum dewasa kulit putih di Kota Alabama tempat para rasis menjijikkan, sanggup menjadi saudara dan saling berjabat tangan. Ini yaitu impian kita semua. Karena mempunyai impian inilah, saya kembali ke Selatan. Jika kita mempunyai keyakinan, suatu ketika pasti akan diperoleh kebebasan asalkan mau berusaha, berdoa, masuk penjara, dan juga berjuang bersama demi kebebasan. Hari ketika mimpiku menjadi kenyataan pasti akan segera datang." Demikian cuplikan pidato terkenal dari sang bocah kulit gelap yang telah tumbuh menjadi cukup umur pada 23 Agustus 1963 di depan Lincoln Memorial Hall, Washington.

Dialah Martin Luther King Jr! Dikenal sebagai pejuang hak azasi manusia. Meski perjuangannya begitu gigih dan kebanyakan melalui aksi-aksi demonstrasi, namun imbas Mahatma Gandhi begitu kuat, "Tidak boleh memakai kekerasan. Meskipun orang kulit putih mendiskriminasi dan juga melukai kita, kita harus mengasihi mereka. Memaafkan kejahatan mereka!"

Apa yang dilakukannya menciptakan Luther King Jr terus terancam. Alih-alih bungkam, makin lantang ia menyuarakan kebenaran itu. Akibatnya, ancaman demi ancaman harus diterimanya. Tidak kurang dari tiga puluh kali ia dipenjarakan. Namun, dalam kondisi itu ia tetap mengatakan, "jangan balas melawan dan jangan memakai kekerasan!" Ia menghadapinya dengan cinta kasih, meski dengan itu Luther King Jr harus membayar dengan nyawanya sendiri. Ia dibunuh dalam usia relatif muda, 39 tahun. Namun, mimpinya terus bersinar awet dan tidak pernah padam, jiwanya tetap tinggal dalam hati setiap orang. Setiap hari Senin ahad ketiga Januari, setiap tahunnya, disebut Hari Martin Luther King, dijadikan hari libur Nasional di Amerika Serikat. Hari itu bukan hanya memperingati seorang tokoh kulit gelap yang hebat, melainkan sebagai hari di mana terwujudnya mimpi Martin Luther King Jr, yakni bahwa semua insan setara dan bisa hidup dengan mempunyai harda diri.

Martin Luther King Jr, yaitu - meminjam istilah James D. Tabor - "Sang Suara" pada zamannya. Ia menyerukan bunyi kenabian dalam konteks rasisme yang begitu kental nyaris mengkristal dalam diri orang-orang kulit putih di Amerika Serikat pada pertengahan kala 20. Di setiap zaman Tuhan menghadirkan orang-orang untuk memperdengarkan suara-Nya.

"Sang suara" ada di padang gurun. Ia yaitu seorang keturunan imam Harun, Saudara Musa, dari suku Lewi. Bagi orang Israel, tidak ada panggilan kiprah yang lebih terhormat ketimbang jabatan imam. Namun, ia menolak semuanya itu. Tidak menyerupai ayahnya, Zakharia, ia tidak pernah menjalankan kiprah pelayanan barang sehari pun di Bait Allah. Sebaliknya, ia mengasingkan diri ke wilayah gurun Yudea di sebelah timur Yerusalem ketika usianya menginjak tiga puluh tahun. Dia berada di wilayah di mana sungai Yordan mengalir menuju Laut Mati. Tempat itu berada pada ketinggian sekitar tiga ratus enam puluh lima meter di bawah permukaan maritim dan merupakan wilayah dataran paling rendah di muka bumi ini.

Dialah yang kemudian kita kenal dengan Yohanes Pembaptis. Dia dipesonakan oleh teks Nabi Yesaya: Ada bunyi yang berseru-seru: "Persiapakanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN" (Yesaya 40:3). Teks ini dikaitkan dengan nas lain, yaitu kata-kata terakhir dari nabi Maleakhi yang menuliskan demikian, "Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan, di hadapan-Ku!" (Maleakhi 3:1).

Yohanes merespon kehidupannya sebagai seorang utusan. Ia pergi ke Gurun Yudea untuk "mempersiapkan jalan". Bahkan, salah satu kata Ibrani yang digunakan dengan makna "gurun" yaitu Aravah, sebuah istilah geografis yang sampai sekarang masih digunakan sebagai nama tempat di samping Laut Mati di wilayah sungai Yordan. Wilayah ini menjadi panggung Penyingkapan Ilahi (Apokalypse), dan Yohanes dengan sengaja menenpatkan diri pada wilayah tersebut sebagai permulaan dari apa yang ia yakini sebagai kiprah dan penugasan yang diperintahkan Allah.

Yohanes, sebagaimana orang Yahudi lain yang sezaman dengannya, memahami nas-nas ini sebagai panggilan untuk mempersiapkan umat Israel, semoga mereka berbalik dari dosa-dosa mereka dan mengarahkan diri kepada jalan kebenaran Allah. Kepada orang banyak yang tiba untuk mendengarkan kata-katanya, Yohanes menyerukan bahwa "Kapak sudah tersedia pada akar pohon". Ini tak pelak lagi sebagai nasihat yang Yang Ilahi ihwal penghakiman yang segera akan datang. Jalan satu-satunya semoga terhindar dari azab itu yaitu bertobat dari dosa-dosa mereka.

Sejarawan Yahudi, Flavius Yosefus mencatat, Yohanes menyuarakan semoga rakyat hidup saleh dan mempraktikan keadilan dalam kekerabatan dengan sesama manusia, dan berbakti kepada Tuhan, dan ini semua ditandai oleh penenggelaman atau baptisan di dalam air. Yosefus berkesimpulan bahwa orang-orang banyak sangat bersukacita karena kehadiran Yohanes. Menurutnya, imbas Yohanes terhadap penduduk sekitar begitu mahir sehingga ada kerumunan orang dalam jumlah yang sangat besar mulai mencarinya untuk memperoleh tuntunan dan bahkan siap melaksanakan apa pun yang ia katakan.

Tentu saja - menyerupai Martin Luther King menyaurakan keadilan - pada zaman Yohanes, di samping ada banyak orang yang menanti "suaranya", tidak sedikit orang yang menjadi gerah dan geram atas tindakan dan celotehannya. Apalagi kini, banyak orang yang menjadi pengikutnya. Herodes Antipas mulai merasa galau melihat potensi revolusioner Yohanes. Betapa tidak, sekarang seluruh penduduk Yudea dan penghuni Yerusalem berkerumun di padang gurun. Dalam catatannya, Yosefus menambahkan bahwa Yohanes yaitu seorang yang populer, berani, dan fasih berbicara. Orang menyerupai inilah yang telah usang ditunggu-tunggu banyak orang.

Pantas saja Herodes Antipas cemas alasannya yaitu pesan yang lantang didengungkan Yohanes memang radikal, menyerupai dengan pesan-pesan orang yang menyulut pemberontakan di antara orang Yahudi. Namun, ada sesuatu yang berbeda dari Yohanes, sesuatu yang melampaui dimensi politik. Yohanes mempunyai penampilan dan gaya menyerupai seorang nabi zaman Perjanjian Lama. Pesan Yohanes melampaui dimensi politis oleh karena ia melulu berbicara ihwal kehidupan moralitas yang dikaitkan melalui korelasi yang benar dengan Allah - jauh dari ambisi menghimpun masa dan mengincar kekuasaan!

Ternyata, pihak yang gerah dan gusar bukan hanya Herodes Antipas, sang raja kecil itu. Melainkan juga, para imam dan pejabat Bait Allah. Kini, mereka kehilangan pamor. Orang-orang yang seharusnya berbondong-bondang tiba ke Bait Allah sekarang mereka "membelakangi" Bait Allah menuju Aravah  lantaran di sana ada Yohanes yang menyuarakan pesan ilahi itu.

Yohanes Pembaptis punya nyali luar biasa. Ia tidak menghiraukan ancaman yang mengancam dirinya ketika menyuarakan kebenaran Ilahi. Meski jadinya sama menyerupai Martin Luther King Jr, hidupnya tidak melewati usia empat puluh tahun. Yohanes harus membayar dengan kepalanya sendiri untuk sanggup menyuarakan kebenaran ilahi itu!

Namun, bayangkan begini: Jika saja tidak ada Yohanes yang mau mengambil risiko dalam memberikan kebenaran maka pasti tidak ada umat yang dipersiapkan untuk menyambut Sang Jalan Kebenaran  itu sendiri. Umat Allah akan binasa dalam kedegilan dan kebodohan mereka. Jika saja tidak ada seorang Martin Luther King Jr, bisa jadi rasisme dan fasisme terus menggurita. Tidak akan ada mimpi-mimpi indah terwujud!

Kini, "Sang Suara" itu terus berdengung di hati Anda dan saya. Suara itu yaitu bunyi kebenaran Ilahi: Apakah Anda dan saya meneruskannya atau kita membungkamnya karena tidak mau ambil pusing dan menghadapi risiko. Mari, masuki masa penantian kita dengan menyuarakan kebenaran Ilahi dalam konteks di mana kita berada!

Jakarta, Adven ke-2 2018
Sumber https://nananggki.blogspot.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel