Perpustakaan Unik Ini Sukses Mendongkrak Minat Baca Generasi Muda
Apa yang kau pikirkan pertama kali ketika berencana untuk berkunjung ke sebuah perpustakaan?
Pasti kebanyakan orang berpikir bahwa perpustakaan yakni tempat yang selalu tertutup dalam suatu bangunan dilengkapi dengan pendingin ruangan dan wifi menyerupai halnya perpustakaan-perpustakaan yang ada di kebanyakan kampus di Indonesia.
Sumber https://www.tagarnuansa.com/
Namun, perlu kita ketahui bahwa perpustakaan menyerupai itu seringkali tidak bisa menjangkau semua kalangan masyarakat khususnya kalangan bawah, dan memang hal ini pun berbanding lurus dengan minimnya minat baca masyarakat di Indonesia.
Oleh lantaran alasan itulah, muncul beberapa kalangan perjaka kreatif dan inovatif yang memperlihatkan nuansa gres terhadap wujud dari perpustakaan yang bisa menjangkau semua usia baik bawah umur sampai remaja dengan banyak sekali tingkat ekonomi dan sosial.
1. KOLECER (Kotak Literasi Cerdas) & CANDIL (Maca Dina Library)
Berlokasi di Sempur Park Bogor, perpustakaan mini yang di rilis oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini sukses mendapat apresiasi yang tinggi dari masyarakat sekitar,
KOLECER yang dalam bahasa sunda bermakna baling-baling, merupakan street library, yakni sebuah penemuan perpustakaan mini terinspirasi dari kotak telepon di negara Inggris yang bisa memuat 80 buku dengan tujuan sebagai wadah masyarakat Jawa Barat yang sulit mengakses ke perpustakaan umum.
Sedangkan CANDIL yakni aplikasi e-library berbasis android milik Pemerintah Jawa Barat yang berisi buku dalam bentuk elektronik dari para pengarang yang berasal dari Jawa Barat dan nasional di antaranya Ridwan Kamil, Andy F. Noya, Bima Arya dan masih banyak lagi.
Dan yang paling menarik dari perpustakaan ini yakni warga Bogor maupun pengunjung sanggup menikmatinya secara free alias gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun.
2. Taman Baca Masyarakat (TBM) Kolong
Sekilas dilihat dari namanya saja perpustakaan ini sudah terdengar unik dan lucu, lantaran ada penambahan kosa kata "kolong" dibelakangnya.
Namun, penambahan kata tersebut bukanlah tanpa alasan, hal ini dikarenakan letaknya yang berada persis di bawah (kolong) jalan layang ciputat.
TBM Kolong ini, didirikan oleh mahasiswa dan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tergabung dalam Komunitas FISIP Mengajar.
Ide awal didirikannya TBM Kolong itu sendiri dikarenakan adanya kesadaran dari mahasiswa UIN terhadap keberadaannya di wilayah Tangsel yang belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Yang unik dari perpustakaan mini ini yakni adanya kemudahan perhiasan berupa lapangan futsal untuk menambah jumlah pengunjung biar semakin ramai dan menarik, dan sampai ketika ini jumlah buku yang ada di TBM Kolong mencapai 1.020 buku.
3. Taman Bacaan Apung Ayodya
Bukan hanya Provinsi Banten dan Jawa Barat, Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta pun kini mempunyai sebuah Taman Baca Apung yang terletak di dalam kompleks Taman Ayodya, Jakarta Selatan.
Yang unik dari perpustakaan ini yakni posisinya yang terapung di atas air danau Taman Ayodya, sehingga sanggup memperlihatkan nuansa yang berbeda bagi para pengunjungnya.
Fasilitas ini dihadirkan biar masyarakat lebih bahagia dan menjadi sering tiba ke taman. Inovasi tersebut, juga bertujuan untuk menciptakan para pengunjung sanggup bersantai sekaligus menambah ilmu ketika mendatangi tempat bermain itu.
Taman Ayodya terbuka untuk umum setiap hari dan tidak ada tiket masuk. Di sana juga tersedia kuliner yang terjangkau harganya. Taman baca hasil kolaborasi dengan Suar Artspace, Ikatan Arsitek Indonesia, Holcim, Kelas Pagi Jakarta, dan Airmas Asri ini telah diresmikan semenjak tahun 2015.
4. Perpus Trotoar Lamongan
Setelah fokus di pulau Jawa kepingan barat, kini saatnya kita bergeser untuk menyelidiki salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, yakni Lamongan.
Karena di daerah inipun banyak pemuda-pemudi yang tidak kalah kreatif dalam menyajikan materi bacaan yang layak bagi masyarakat.
Saat dunia digital terus merengsek masuk ke banyak sekali kalangan di Indonesia, ada sebuah komunitas yang peduli wacana perlunya menumbuhkan kembali minat baca di masyarakat, khususnya bawah umur yang sudah sangat menempel dengan gadget.
Berbeda dengan 3 jenis perpustakaan diatas, Perpus Trotoar ini membuatkan buku-bukunya di trotoar jalan, sehingga dikenal dengan sebutan Komunitas Perpus Trotoar.
Karena masih terbatasnya literatur bacaan disebabkan jumlah buku yang relatif minim, komunitas ini memfokuskan sasaran kepada bawah umur terlebih dahulu ketimbang kepada kalangan remaja dan dewasa.
Namun, kita patut apresiasi lantaran sampai ketika ini mereka masih berusaha untuk mendatangkan banyak buku dengan banyak sekali undangan proteksi ke pihak-pihak yang terkait, menyerupai contohnya ke Perpustakaan Daerah Lamongan, selain itu mereka juga aktif di media sosial.
Sehingga apabila literatur bacaan sudah memadai, mereka sanggup melebarkan sayapnya untuk memperluas sasaran usia remaja sampai dewasa.
Nah, itulah beberapa perpustakaan unik yang ada di banyak sekali daerah di Indonesia, tujuan dari didirikannya perpustakaan-perpustakaan tersebut secara garis besar memang untuk meningkatkan minat baca warga masyarakat yang tinggal di daerah-daerah tersebut.
Namun tentunya dengan adanya perubahan wujud dari perpustakaan itu sendiri diperlukan bisa memperlihatkan kesan yang berbeda sehingga masyarakat tidak jenuh untuk membaca buku dalam waktu yang lama.